DEFINISI SiSTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS


DEFINISI SiSTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS

Menurut Rohim dan Hastuti (2005) istilah Agribisnis (Agribusiness) pertama kali dikenal di Amerika pada tahun 1955 dan oleh Davis dan Goldberg pada tahun 1957, kemudian berkembang ke seluruh dunia dan dipelopori keberadaannya oleh Business School di Harvard University, kemudian masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970-an. Dalam perkembangannya, istilah Agribisnis telah digunakan secara luas. Sebagai suatu sitem, Agribisnis memiliki pola keterpaduan antara agroinput, produksi tanaman (farming), pengolahan hasil panen (processing), pemasaran (marketing), produk pertanian, serta dukungan atau jasa penunjang.
                Menurut Soetriono dan wulandari (2016) sistem Agribisnis adalah perangkat masyarakat yang mewadahi proses transformasi pembentukan nilai tambah dari rangkaian kegiatan yang terkait di hulu dan hilir dari usaha tani atau budidaya. Dalam pengertian sistem, agribisnis adalah subyek atau pelaku sosial yang mandiri dalam arti mempunyai kemampuan berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, yaitu kemampuan untuk eksis, berkarya, berkembang, beradaptasi, berasosiasi, dan lainnya. Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani dan agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Sistem agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah dan tantangan.
Suatu sistem Agribisnis terdiri dari beberapa subsistem. Subsistem Agribisnis yaitu bagian dari sistem yang saling berkaitan satu sama lain  yang tersusun di dalam sistem agribisnis. Sistem agribisnis terdiri dari subsistem pengadaan dan penyaluran sarana dan prasarana produksi, subsistem produksi primer atau usaha tani (on-farm), subsistem pengolahan atau agroindustri dan subsistem pemasaran serta subsistem jasa penunjang. 

Subsistem Agribisnis saling berkaitan dan membentuk suatu sistem. Hubungan yang terjadi di antara masing-masing subsistem.. Kegiatan budidaya di on-farm dapat berjalan dengan baik, salah satunya jika ditunjang dengan pengadaan dan penyaluran sarana produksi yang memadai. Selanjutnya, proses budidaya atau produksi primer sangat berperan penting dalam menghasilkan komoditas-komoditas dengan spesifikasi yang sesuai dengan permintaan subsistem pengolahan, baik dari segi standar mutu, kuantitas, maupun kontinuitas pasokan bahan baku produksi. Agroindustri tidak akan berjalan dengan baik jika tidak dilakukan pemasaran dengan baik pula.  Meskipun produk yang dihasilkan oleh subsistem pengolahan memiliki kualitas yang prima, tetapi mekanisme sistem agribisnis tidak akan berjalan sempurna apabila dalam penyampaian produk tersebut ke tangan konsumen tidak ditunjang dengan proses pemasaran, transportasi maupun pola distribusi yang sesuai. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa setiap subsistem berperanan penting satu sama lain untuk menciptakan sistem agribisnis yang efektif dan efisien


Masitah H.D., M.N. Teneya, dan D.P. Darmawan. 2016. Strategi Pemberdayaan Koperasi Tani Berbasis Agribisnis di Kabupaten Badung (Studi Kasus pada Koperasi Subak Uma Lambing). Jurnal Manajemen Agribisnis, 4(2): 91-107.
Pasaribu S.M. 2015. Program Kemitraan dalam Sistem Pertanian Terpadu. Analisis Kebijakan Pertanian, 13(1): 39-54.
Purwanto P., A. Setiadi, dan B. Suryanto. 2014. Nalisis Faktor – Faktor Sub Sistem Agribisnis Pemasaran yang Mempengaruhi Pendapatan Benih Kentang (Granola L.) di Kebun Benih Hortikultura Oleh Petani di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Agromedia, 32(1): 63-73.
Rohim A. dan D.R.D. Hastuti. 2005. Sistem manajemen Agribisnis. Badan Penerbit UNM: Makasar
Satiti R., D.H.A. Lestari, dan A. Suryani. 2017. Sistem Agribisnis dan Kemitraan Usaha Penggemukan Sapi Potong di Koperasi Gunung Madu. JIIA, 5(4): 344-351.
Soetriono dan A. Suwandari. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Intilmedia: Malang
Tubagus L.S., M. Mangantar, H. Tawas. 2016. Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Komoditas Cabai Rawit di Kelurahan Kumelembuai Kota Tomohon. Jurnal Emba, 4(2): 613-621.
Yudiarini N., K.B. Sursusa, dan N.W.S Sutiti. 2014. Dampak Pengembangan Agribisnis pada Subak terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani. Jurnal Manajemen Agribisnis, 2(1): 37-48.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Strategi Ekspor Buah Apel

Strategi Ekspor Buah Apel Foto oleh Bruno Scramgnon dari Pe...